
Tragis! Niat Menolong Teman, Dua Pelajar di Kalteng Malah Tewas Tenggelam
Tragis! Niat Menolong Teman, Dua Pelajar di Kalteng Malah Tewas Tenggelam
wartanusantara.net – Sebuah peristiwa tragis mengguncang masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) awal pekan ini. Dua pelajar Kalteng tewas tenggelam setelah mencoba menolong teman mereka yang lebih dulu terseret arus sungai saat berenang bersama di kawasan Desa Menteng, Kabupaten Kapuas. Kejadian ini menyita perhatian publik karena melibatkan remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan memperlihatkan keberanian yang berujung maut.
Peristiwa ini kembali menjadi alarm keras bagi keselamatan pelajar di lingkungan terbuka, terutama di daerah yang dekat dengan aliran sungai tanpa pengawasan. Apa yang seharusnya jadi momen bermain dan bersantai bersama teman-teman, justru berakhir duka mendalam bagi dua keluarga dan satu komunitas sekolah.
Tragedi ini juga viral di media sosial setelah video evakuasi jenazah dan kesaksian warga sekitar menyebar cepat. Banyak netizen menyampaikan rasa duka dan sekaligus kritik terhadap kurangnya edukasi serta pengawasan terkait bahaya bermain di sekitar aliran air deras.
Kronologi Kejadian: Sungai Tenang yang Menjadi Perangkap Maut
Menurut keterangan dari pihak kepolisian dan saksi mata, kejadian bermula saat lima pelajar dari SMP yang sama memutuskan untuk bermain dan berenang di aliran Sungai Kapuas yang melintasi desa mereka. Meski terlihat tenang di permukaan, arus bawah sungai tersebut dikenal cukup deras dan berbahaya—terutama bagi anak-anak yang belum mahir berenang.
Salah satu dari mereka, sebut saja inisial R, diduga terpeleset ke bagian yang dalam dan mulai terbawa arus. Melihat kejadian itu, dua temannya—M dan D—langsung berinisiatif menolong. Mereka melompat ke sungai tanpa pikir panjang. Namun, keduanya justru ikut terseret arus.
Warga yang mendengar teriakan dari rekan-rekan mereka segera berlarian ke lokasi dan berusaha memberikan bantuan. Sayangnya, saat berhasil menarik ketiganya ke tepian, hanya satu yang masih hidup dalam kondisi lemas. Sementara dua lainnya, dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian.
Kepala Kepolisian Sektor setempat menyatakan bahwa lokasi tersebut memang rawan dan sebelumnya sudah pernah memakan korban. Namun, belum ada tanda larangan yang jelas atau pengawasan rutin, terutama pada hari libur sekolah.
Reaksi Masyarakat dan Dunia Pendidikan
Kematian dua pelajar ini sontak memicu duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga korban, tapi juga komunitas pendidikan dan warga Desa Menteng secara umum. Kepala sekolah tempat korban belajar menyampaikan rasa belasungkawa yang dalam serta memuji keberanian dua siswa tersebut yang menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi meskipun dengan konsekuensi fatal.
Sementara itu, dua pelajar Kalteng tewas tenggelam ini juga menyoroti pentingnya edukasi keselamatan lingkungan, khususnya di sekolah. Banyak sekolah di daerah belum menjadikan literasi keselamatan sebagai bagian kurikulum atau program ekstra, padahal risiko bermain di alam terbuka sangat nyata.
Para guru dan tokoh masyarakat pun menyuarakan perlunya kerjasama antara sekolah, orang tua, dan aparat desa untuk mengedukasi anak-anak soal bahaya sungai, dan pentingnya mengenali batas kemampuan diri dalam situasi darurat.
Tanggapan Pemerintah Daerah dan Aparat Kepolisian
Pemerintah daerah Kabupaten Kapuas melalui dinas terkait langsung bergerak cepat. Mereka mengunjungi keluarga korban, memberikan santunan duka, serta melakukan koordinasi dengan perangkat desa setempat agar segera memasang tanda larangan berenang di lokasi kejadian.
Kapolres Kapuas juga meminta seluruh orang tua dan guru untuk lebih aktif mengawasi kegiatan anak-anak di luar sekolah, terutama di musim liburan atau akhir pekan. “Tragedi ini bukan hanya soal air yang deras, tapi soal kurangnya informasi dan pengawasan,” ujarnya.
Pemerintah juga berjanji akan melakukan pendataan ulang terhadap titik-titik rawan tenggelam di wilayah sungai yang sering dijadikan tempat bermain oleh anak-anak. Langkah ini diharapkan bisa meminimalisir kejadian serupa di masa depan.
Netizen Berduka dan Warganet Serukan Edukasi Keselamatan
Tragedi ini juga menggugah empati banyak pengguna media sosial. Tagar seperti #TenggelamDiKalteng dan #PelajarBerani sempat ramai digunakan untuk menyampaikan belasungkawa sekaligus menyerukan pentingnya edukasi keselamatan anak di luar ruang.
Tak sedikit pula yang mengunggah pengalaman pribadi terkait nyaris tenggelam di sungai atau danau, menyoroti bahwa kejadian seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Netizen juga menyarankan agar sekolah mengadakan program literasi keselamatan air, semacam pelatihan dasar menghadapi kondisi darurat di alam terbuka.
Beberapa akun aktivis pendidikan bahkan mengusulkan agar Kementerian Pendidikan mengintegrasikan kurikulum mitigasi bencana ringan dalam kegiatan ekstrakurikuler. “Anak-anak tidak perlu jadi penyelamat profesional, tapi minimal tahu kapan harus menolong, dan kapan harus minta bantuan,” tulis seorang pendidik di akun X (dulu Twitter).
Belajar dari Tragedi: Apa yang Harus Dilakukan ke Depan?
Meningkatkan Edukasi dan Pengawasan Anak
Setelah peristiwa ini, sudah saatnya masyarakat dan institusi pendidikan menjadikan edukasi keselamatan sebagai bagian dari agenda harian. Tidak cukup hanya melarang anak bermain di sungai, tapi juga memberikan pemahaman menyeluruh tentang risiko dan cara menghadapi situasi darurat.
Program seperti “Safety Day” di sekolah, pelatihan renang dasar, hingga simulasi pertolongan pertama bisa menjadi langkah awal yang murah namun berdampak besar. Pemerintah daerah juga bisa menggandeng lembaga SAR, PMI, atau Palang Merah Remaja untuk turun langsung ke sekolah-sekolah.
Infrastruktur Keselamatan di Titik Rawan
Pemda dan aparat desa perlu serius membangun sistem peringatan di titik-titik rawan. Mulai dari pemasangan rambu larangan, pagar pembatas, hingga pengadaan penjaga sungai di musim libur. Langkah-langkah ini akan sangat membantu mengurangi risiko dan memberi rasa aman kepada warga.